Kepada kamu, terimakasih banyak.
Dirimu adalah pelawak kegemaranku. Boleh aku sebutkan cirimu agar dunia bisa tau siapa yang sering menjadi alasan aku tertawa dua tahun belakangan ini? Kamu adalah pria jangkung, sederhana, senyum mempesona, disempurnakan dengan kulit hitam manis yang kau punya.
Terlalu spesifik kah aku mendeskripsikan dirimu? Biarlah, karena tulisan ini memang kutujukan untuk dirimu.
Mungkin salah satu resolusiku tahun ini adalah tidak bersedih lagi, apalagi jika alasannya hanyalah kamu. Terlalu bodoh.
Harapanku adalah bisa berhenti menuliskan tentang dirimu suatu hari nanti. Tapi untuk sekarang kukira aku masih belum sanggup. Segala pemikiranku masihlah tentangmu.
Biar kuulangi, dirimu adalah pelawak kegemaranku.
Segala yang kamu ucapkan selalu menyita perhatianku. Segala leluconmu menarik bagiku. Membuatku mampu tertawa dan sakit hati di saat bersamaan.
Ya, sakit hati, karena kenyataannya kau masih saja jauh dari gapaianku.
Mungkin aku gila, tapi segala lelucon yang kau hadirkan selalu bisa membuatku tertawa. Bahkan pada lawakanmu yang paling tidak lucu pun aku masih tertawa. Seandainya kamu bisa membaca gerak-gerikku, arah mataku, dan arti senyumku. Maka akan kamu temukan segala tentang dirimu di dalamnya.
Sekali lagi, terimakasih telah menawarkan bahagia dan duka di saat yang bersamaan.
Teruslah menjadi dirimu. Teruslah bahagia seperti beberapa bulan sebelum kejadian ‘itu’. Kamu berhak bahagia dan lepas dari bayangnya, seperti aku yang perlahan-lahan mulai lepas dari bayangmu.
Tetaplah menjadi pelawak favoritku.
Dari aku yang setia tertawa pada setiap guyonanmu.
Dirimu adalah pelawak kegemaranku. Boleh aku sebutkan cirimu agar dunia bisa tau siapa yang sering menjadi alasan aku tertawa dua tahun belakangan ini? Kamu adalah pria jangkung, sederhana, senyum mempesona, disempurnakan dengan kulit hitam manis yang kau punya.
Terlalu spesifik kah aku mendeskripsikan dirimu? Biarlah, karena tulisan ini memang kutujukan untuk dirimu.
Mungkin salah satu resolusiku tahun ini adalah tidak bersedih lagi, apalagi jika alasannya hanyalah kamu. Terlalu bodoh.
Harapanku adalah bisa berhenti menuliskan tentang dirimu suatu hari nanti. Tapi untuk sekarang kukira aku masih belum sanggup. Segala pemikiranku masihlah tentangmu.
Biar kuulangi, dirimu adalah pelawak kegemaranku.
Segala yang kamu ucapkan selalu menyita perhatianku. Segala leluconmu menarik bagiku. Membuatku mampu tertawa dan sakit hati di saat bersamaan.
Ya, sakit hati, karena kenyataannya kau masih saja jauh dari gapaianku.
Mungkin aku gila, tapi segala lelucon yang kau hadirkan selalu bisa membuatku tertawa. Bahkan pada lawakanmu yang paling tidak lucu pun aku masih tertawa. Seandainya kamu bisa membaca gerak-gerikku, arah mataku, dan arti senyumku. Maka akan kamu temukan segala tentang dirimu di dalamnya.
Sekali lagi, terimakasih telah menawarkan bahagia dan duka di saat yang bersamaan.
Teruslah menjadi dirimu. Teruslah bahagia seperti beberapa bulan sebelum kejadian ‘itu’. Kamu berhak bahagia dan lepas dari bayangnya, seperti aku yang perlahan-lahan mulai lepas dari bayangmu.
Tetaplah menjadi pelawak favoritku.
Dari aku yang setia tertawa pada setiap guyonanmu.
(note: Label #RasaRahma akan berisi curhatan-curhatan yang aku rasakan, meskipun, ya kalian tau, ini blog isinya curhatan semua. Tapi itu juga akan terisi sajak-sajak kecil yang aku bikin. Semoga bisa terus berkembang:) )