Haaiiii!!!
Hari ini aku mau cerita tentang talk show yang aku dan dua temanku (Aprilia Dwi I dan Nuria Kristi)
ikuti kemarin, tanggal 23 Agustus 2015. Pembicara talk show nya, yap, bang Darwis Tere Liye.
Siapa sih bang Darwis Tere Liye itu? Orang dari
negara mana sih? Bangladesh? Pakistan? Arab? Cina?
No. No. No. BIG NO! Bang Darwis Tere Liye ini, well,
mari kita sebut bang Tere biar ga panjang dan ribet. Bang Tere ini orang asli
Indonesia. Keturunan Sumatera Selatan, tepatnya orang Lahat. Kata bang Tere,
orang Sumatera (Melayu tepatnya) itu memang punya kecerdasan verbal. Kecerdasan
bercerita. Jadi ga heran kalo banyak penulis besar lahir dari pulau ini. Bangga
jadi orang Sumateraaa ^^. Tapi jangan salah, orang yang dari luar Sumatera kalo
tinggal di Sumatera juga bisa menular kok kecerdasan verbalnya.
Bang Tere itu penulis yang amat sangat berbakat kalo
kalian tanya aku tentang siapa itu bang Tere. Bang Tere udah punya lebih kurang
22 buku yang sering mondar-mandir di rak buku BEST SELLER!
Kalian tau Hafalan Shalat Delisa? Bidadari-Bidadari
Surga? Moga Bunda Disayang Allah? Naahh itu novel-novel karyanya bang Tere yang
udah difilmkan.
Kalian pernah denger novel Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, Sepotong Hati Yang Baru, Negeri Di Ujung Tanduk,
Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, dan Berjuta Rasanya? Nah itu juga karyanya bang
Tere.
Eits, karyanya bang Tere itu masih banyak loh… ada
Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, Sunset Bersama Rosie, Rindu, Burlian, Bumi,
Negeri Para Bedebah ada juga serial Anak-anak Emak. Duh saking banyaknya, aku
sampe ga hafal :’)
Pada talkshow
kemarin, bang Tere kasih banyak pencerahan buat orang-orang yang semangatnya
udah mulai redup kayak aku iniii… bang Tere tuh lebih kayak kasih motivasi, dan
pandangan-pandangan yang objektif dan ga terkesan menggurui kalo menurut aku
yaaa.
Bang Tere orangnya juga sederhana banget. Dia dateng
ke talkshow cuma pake kaos, jeans,
kupluk, dan sepatu kets sambil ngedukung satu ransel warna hitam yang isinya
(dia bilang sih) laptop dengan sejuta novel-tak-terterbitkan.
![]() |
Maafkan fotonya ga jelaass~ |
![]() |
Pemberian cendera mataa~ |
Dia juga cerita dan berbagi banyak hal. Dia cerita
tentang Hafalan Shalat Delisa yang ditolak berkali-kali oleh penerbit sampe
akhirnya bisa keterima dan sampe jadi film juga.
Dia cerita tentang buku Rembulan Tenggelam Di
Wajahmu yang awalnya ditolak eh akhirnya dikontak lagi buat diterbitin. Dia
bilang, dia udah sering ngirim di penerbit Republika, eh masih ditolak.
Alesannya apa? “Mas ini terlalu serius, Mas.” Gitu kurang lebih yang disampein
bang Tere. Eh terus tau-tau penerbit Republik* ngontak bang Tere dan bilang mau
nerbitin Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. Waktu bang Tere tanya lagi tentang
keputusan Republik* yang bilang karya bang Tere terlalu serius, Republik*
bilang “Eh ga sih mas”
Eh sumpah itu kita ketawa. Yaaaa berhadapan dengan
penerbit memang sesuatu yang WOW. Ada aja alesan kenapa naskah kita ga bisa
diterbitin.
Salah satunya media Komp*s, ada beberapa alesan yang
bang Tere sampein kemarin.. mulai dari ga relevan, ga aktual sampe yang paling
akhir itu GAADA TEMPAT LAGI. Padahal tinggal nambah atau selipin satu halaman
kan apa susahnya sih hahaha :D
Bang Tere juga nyampein satu petuah lama yang isinya
gini:
“Waktu terbaik yang pertama untuk menanam pohon
adalah 20 tahun yang lalu. Dan waktu terbaik kedua untuk menanam pohon adalah
hari ini.”
Ga kok ini bukan tentang kampanye go green. Ini
maksudnya adalah waktu terbaik untuk memulai sesuatu itu 20 tahun yang lalu,
tapi kalo ternyata kamu baru denger nasihatnya hari ini, maka waktu terbaik
untuk memulainya ya hari ini.
Ada satu hal yang ditekankan bang Tere kemarin.
Menulis itu harus menyenangkan, ga boleh karena alasan-alasan kayak pengen
dapet duit, pengen terkenal. Buang jauh-jauh. Ya walaupun manusiawi ya kalo
kita pengen karya kita dilihat banyak orang, masuk di rak-rak buku di toko
buku. Tapi jangan jadiin itu alesan utama. Menulislah karena kamu ingin.
Kamu harus punya passion untuk menulis. Jangan
tertekan. Urusan dibaca orang apa ga masa bodo, urusan diterbitin atau ga masa
bodo. JUST WRITE.
Bang Tere kasih satu apa yaaa… tips maybe? Cobalah
untuk menulis sebanyak 1000 kata per hari selama 180 hari alias 6 bulan. Tepat
di hari ke 181 kamu akan lihat bahwa sedikit demi sedikit tulisan kamu jadi
lebih baik disbanding 6 bulan sebelumnya dan kamu siap melahirkan satu karya.
Kalo kamu stop di tengah jalan, di hari ke 167 misalnya, kamu harus ngulang
dari hari pertama.
Daaaannnn aku tertarik buat ngikutin hal itu. 1000
kata itu cuma 4 halaman. Ga susah kok. Ayo semangaaattttt!!!
Well, inti yang aku tangkep dari talkshow kemarin,
gaada seorangpun penulis besar yang gapernah mengalami rejection, penolakan. Tapi mereka ga kenal kata menyerah. Coba kalo
mereka nyerah apa bisa karya mereka diterbitin? Ga.
Gaada penulis yang lahir hanya dalam satu malam.
Semuanya butuh proses. Mungkin ga mudah. Mungkin ga sebentar. Tapi hasil yang
di dapat akan sangaaaatttt membanggakan.
Oke. Sekian. Yang bercita-cita jadi penulis, ayo
raih laptop atau media apapun yang dipake buat nulis. Mulai tulis sekarang,
1000 kata per hari selama 6 bulan. Bukan hal yang sulit kokk. Tulis aja apa
yang kamu suka. Menulis itu harus dari hati.
Di bawah ini ada foto-foto waktu kami ikut talkshow
disambung makan ramen~ Oke ini benar-benar sekian.