Senin, 24 Agustus 2015

Talkshow Motivasi Tere Liye Meniti Jejak Sang Penandai: Cinta, Sastra, dan Karyanya

Haaiiii!!!
Hari ini aku mau cerita tentang talk show yang aku dan dua temanku (Aprilia Dwi I dan Nuria Kristi) ikuti kemarin, tanggal 23 Agustus 2015. Pembicara talk show nya, yap, bang Darwis Tere Liye.
Siapa sih bang Darwis Tere Liye itu? Orang dari negara mana sih? Bangladesh? Pakistan? Arab? Cina?
No. No. No. BIG NO! Bang Darwis Tere Liye ini, well, mari kita sebut bang Tere biar ga panjang dan ribet. Bang Tere ini orang asli Indonesia. Keturunan Sumatera Selatan, tepatnya orang Lahat. Kata bang Tere, orang Sumatera (Melayu tepatnya) itu memang punya kecerdasan verbal. Kecerdasan bercerita. Jadi ga heran kalo banyak penulis besar lahir dari pulau ini. Bangga jadi orang Sumateraaa ^^. Tapi jangan salah, orang yang dari luar Sumatera kalo tinggal di Sumatera juga bisa menular kok kecerdasan verbalnya.
Bang Tere itu penulis yang amat sangat berbakat kalo kalian tanya aku tentang siapa itu bang Tere. Bang Tere udah punya lebih kurang 22 buku yang sering mondar-mandir di rak buku BEST SELLER!
Kalian tau Hafalan Shalat Delisa? Bidadari-Bidadari Surga? Moga Bunda Disayang Allah? Naahh itu novel-novel karyanya bang Tere yang udah difilmkan.
Kalian pernah denger novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Sepotong Hati Yang Baru, Negeri Di Ujung Tanduk, Rembulan Tenggelam Di Wajahmu, dan Berjuta Rasanya? Nah itu juga karyanya bang Tere.
Eits, karyanya bang Tere itu masih banyak loh… ada Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, Sunset Bersama Rosie, Rindu, Burlian, Bumi, Negeri Para Bedebah ada juga serial Anak-anak Emak. Duh saking banyaknya, aku sampe ga hafal :’)
Pada talkshow kemarin, bang Tere kasih banyak pencerahan buat orang-orang yang semangatnya udah mulai redup kayak aku iniii… bang Tere tuh lebih kayak kasih motivasi, dan pandangan-pandangan yang objektif dan ga terkesan menggurui kalo menurut aku yaaa.
Bang Tere orangnya juga sederhana banget. Dia dateng ke talkshow cuma pake kaos, jeans, kupluk, dan sepatu kets sambil ngedukung satu ransel warna hitam yang isinya (dia bilang sih) laptop dengan sejuta novel-tak-terterbitkan.
Maafkan fotonya ga jelaass~

Pemberian cendera mataa~

Dia juga cerita dan berbagi banyak hal. Dia cerita tentang Hafalan Shalat Delisa yang ditolak berkali-kali oleh penerbit sampe akhirnya bisa keterima dan sampe jadi film juga.
Dia cerita tentang buku Rembulan Tenggelam Di Wajahmu yang awalnya ditolak eh akhirnya dikontak lagi buat diterbitin. Dia bilang, dia udah sering ngirim di penerbit Republika, eh masih ditolak. Alesannya apa? “Mas ini terlalu serius, Mas.” Gitu kurang lebih yang disampein bang Tere. Eh terus tau-tau penerbit Republik* ngontak bang Tere dan bilang mau nerbitin Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. Waktu bang Tere tanya lagi tentang keputusan Republik* yang bilang karya bang Tere terlalu serius, Republik* bilang “Eh ga sih mas”
Eh sumpah itu kita ketawa. Yaaaa berhadapan dengan penerbit memang sesuatu yang WOW. Ada aja alesan kenapa naskah kita ga bisa diterbitin.
Salah satunya media Komp*s, ada beberapa alesan yang bang Tere sampein kemarin.. mulai dari ga relevan, ga aktual sampe yang paling akhir itu GAADA TEMPAT LAGI. Padahal tinggal nambah atau selipin satu halaman kan apa susahnya sih hahaha :D
Bang Tere juga nyampein satu petuah lama yang isinya gini:
“Waktu terbaik yang pertama untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Dan waktu terbaik kedua untuk menanam pohon adalah hari ini.”
Ga kok ini bukan tentang kampanye go green. Ini maksudnya adalah waktu terbaik untuk memulai sesuatu itu 20 tahun yang lalu, tapi kalo ternyata kamu baru denger nasihatnya hari ini, maka waktu terbaik untuk memulainya ya hari ini.
Ada satu hal yang ditekankan bang Tere kemarin. Menulis itu harus menyenangkan, ga boleh karena alasan-alasan kayak pengen dapet duit, pengen terkenal. Buang jauh-jauh. Ya walaupun manusiawi ya kalo kita pengen karya kita dilihat banyak orang, masuk di rak-rak buku di toko buku. Tapi jangan jadiin itu alesan utama. Menulislah karena kamu ingin.
Kamu harus punya passion untuk menulis. Jangan tertekan. Urusan dibaca orang apa ga masa bodo, urusan diterbitin atau ga masa bodo. JUST WRITE.
Bang Tere kasih satu apa yaaa… tips maybe? Cobalah untuk menulis sebanyak 1000 kata per hari selama 180 hari alias 6 bulan. Tepat di hari ke 181 kamu akan lihat bahwa sedikit demi sedikit tulisan kamu jadi lebih baik disbanding 6 bulan sebelumnya dan kamu siap melahirkan satu karya. Kalo kamu stop di tengah jalan, di hari ke 167 misalnya, kamu harus ngulang dari hari pertama.
Daaaannnn aku tertarik buat ngikutin hal itu. 1000 kata itu cuma 4 halaman. Ga susah kok. Ayo semangaaattttt!!!

Well, inti yang aku tangkep dari talkshow kemarin, gaada seorangpun penulis besar yang gapernah mengalami rejection, penolakan. Tapi mereka ga kenal kata menyerah. Coba kalo mereka nyerah apa bisa karya mereka diterbitin? Ga.
Gaada penulis yang lahir hanya dalam satu malam. Semuanya butuh proses. Mungkin ga mudah. Mungkin ga sebentar. Tapi hasil yang di dapat akan sangaaaatttt membanggakan.
Oke. Sekian. Yang bercita-cita jadi penulis, ayo raih laptop atau media apapun yang dipake buat nulis. Mulai tulis sekarang, 1000 kata per hari selama 6 bulan. Bukan hal yang sulit kokk. Tulis aja apa yang kamu suka. Menulis itu harus dari hati.

Di bawah ini ada foto-foto waktu kami ikut talkshow disambung makan ramen~ Oke ini benar-benar sekian.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar